Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menyampaikan emosi. Seiain lisan, kita bisa menyampaikan ungkapan perasaan melalui tulisan. Jika mengandalkan mulut sebagai sarana utama, kita sering melakukannya tanpa pikir panjang dan seringkali dampaknya diluar dugaan dan menciptakan problematika baru. Misalnya beberapa hubungan percintaan kandas di tengah jalan hanya karena salah satu pasangan tak mampu mengendalikan emosinya dan berkata sesuatu tanpa pikir panjang sehingga menyakiti pihak lain dan mau tak mau membuat dirinya sendiri menanggung hal serupa.


Lalu bagaimana dengan menulis, apakah cara ini efektif? Coba Anda bandingkan. Saat pelajaran Bahasa Indonesia dulu, lebih mudah mengarang cerita secara langsung atau dengan menuliskannya? Jawaban mungkin berbeda, tapi melalui tulisan itu kita lebih punya waktu untuk berpikir lebih lama untuk mengoreksi dan menambahkan ide dibandingkan dengan mengatakannya secara langsung. Berkomunikasi secara langsung dengan kata-kata yang keluar begitu saja tanpa meikirkan dampaknya sering berujung pada penyesalan. Selain itu bicara tidak selalu mengungkapkan semua yang ingin kita sampaikan. Bisa jadi saat menulis dan membaca ulang keseluruhan tulisan, Anda dapat memilih kata yang tepat yang baik untuknya sekaligus mengungkapkan semua isi hati Anda.

Menulis dapat dijadikan terapi jika dipandang dari sisi psikologis. Melalui tulisan, ungkapan perasaan emosi Anda baik saat senang maupun sedih dapat Anda baca lagi untuk lebih mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada diri Anda, hal ini akan membantu Anda untuk mengatur jalannya emosi sehingga tidak akan terjadi luapan emosi yang berlebihan. Menulis juga merupakan anjuran dari Pamela M. Peeke, MD, MPH, sebagai sarana penghilang stres. Tak ada ruginya jika mencoba, jadi tunggu apa lagi? (s@ri)

Demikian artikel info tentang : , semoga bermanfaat bagi kita semua.

Posting Komentar

 
Top